Selamat datang di Kawasan Penyair Sulawesi Tenggara Terima kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 29 Januari 2008

KARMIL EDO SENDIRI


KARMIL EDO SENDIRI lahir di Ende-NTB tahun 1978. Bergabung dengan Teater Sendiri, tahun 1999. Bersama TS ia pentas pada Temu Teater Katimuri I di Banjarmasin 2000 dan even kesenian lainnya. Ia juga pernah bergabung dengan beberapa sanggar yaitu, UK-Seni Unhalu, Bensfis, dan kini membina Teater Rahasia. Ia juga telah tiga kali kuliah di tiga jurusan yang berbeda. Mengikuti Malam Bulan Puisi-Teater Sendiri 2004 & 2005, dan Pembacaan Sajak Akhir Tahun Teater Sendiri 2005. Karya puisi Antologi Bersama Sendiri, Sendiri 2, Malam Bulan Puisi, Pembacaan Sajak Akhir Tahun-TS 2005 [Teater Sendiri].


Tentang Cinta Kita


Biarkan malam ini berlalu seperti malam-malam lainnya
Bukan karna kita sama-sama lelah
Bukan karna tak ada cinta lagi
Tapi sebab bulan tak lagi semanis madu
Kita semua orang upahan
Tak boleh punya malam pertama
Sebab bersama mentari esok
Kita harus kembali giat
Makanya tak boleh lelah
Kita cuma buruh pabrikan
Tak boleh berbulan madu
Sebab jika absen kita kosong
Itu berarti mangkir
Kita dipe-ha-ka
Sayang,
Tentang malam pertama
Biarlah kita ganti
Dengan cinta kilat di sela istirahat
Toh, hasilnya sama, anak.
Cinta,
Tentang bulan madu
Tak pantas untuk kita
Itu kisah para selebriti
Itu kisah konglomerat
Yang penting cinta kita tidak melarat

Kendari, 2002


Tentangmu


Kukuh dua kaki
Topang sejuta ide
Sekian kata entah
Kau ambil
Kau buang
Tinta pun tercecer pada leluk bayangmu
Kekar dua lengan
Pikul sejuta gagas
Sekian cerita entah
Kau rangkum
Kau edit
Kertas pun terserak pada tiap desahmu
Kilau lapang jidat itu
Kutahu kau gemilang
Ada yang ingin kukatakan tentang kau
Din, aku iri

Ende, 2005


Kata Mata Kita

Mata pena bosan merangkai kata
Mata pena enggan melukis kita
Mata pena macet di kota
Mata pena kehabisan tinta
Mata kota kita
Seperti pena tanpa tinta
Seperti tinta tanpa kata
Kendari Beach, Desember 2004

Legenda Kasih
Lama Sabatani
Atas nama rindu di kelam malam
Kau datang padaku
Kau kecup bibirku
Mesra
Kita pun bergumul dalam rasa
Lalu kau katakan
Ini yang terakhir
Dengan sayang kau ikat aku
Dalam kasihku kuserahkan diriku
Karena cintaku kau arak aku sebagai maling
Aku nista seperti kecupmu
Sebagai pelacur aku kau adili
Sebagai pengkhianat aku kau hukum
Kau cambuk aku dengan duri
Pada tiang perkasamu kau paku aku
Dalam nafsu kau sibak auratku
Malu aku telanjang di hadapmu
Tombak kemaluanmu menikam lambungku
Penuh birahi kau sedot darahku
Kau sembur ke mulutku kala kuhaus
Lalu
Ketika selaput keagunganku
sobek di langit
Mengiringi desah terakhirku
Aku berkata, Lama Sabatani
Kenapa kau tinggalkan aku
Aku tertunduk
Malu aku
Mati sebagai jalang
Di puncak durjanamu
*dan, ketika rohku mengembara
Kulihat jasadmu tergantung
Dalam rona sesal
Pasrah pada burung nazar
Yang menggaulimu
Aku tetap mencintaimu

Kendari, April 2003


Memori Kita

:Andi

Di atas sampan itu
Kita pernah bersama
Tantang pembodohan
Dalam tirai
Tenggelam di dalam ideologi
Hanyut di arus perlawanan
Kandas di kejamnya kekuasaan
Lalu terapung oleh popularitas
Kita pun sepakat hilang
Lenyap dari kenyataan
Aku bersembunyi
Dalam kegelapan yang bagiku artistik
*terakhir kudengar
Kau semakin mesra dengan-Nya

Makassar, Agustus 2005


Maaf Dek
:Mereka

Sementara kuingin sembunyi
Kau mencari
Sementara sekian banyak kujauhi
Kau hampiri
Sementara aku berlari
Kau dapati
Entah siapa yang mulia
Lalu ada belai
Enggan usai
Bahkan tanpa kata
Apalagi cinta
Tercipta cerita
Segala tentang kita
Maaf
Aku khilaf
Aku insyaf

Kendari, 140203


Tentang Malam Kita

Membiarkan bulan berlalu
Begitulah kisah
Di atas bukit batu
Kita berkesah
Polos kata tanpa malu
Tentang sekian resah
Tentang sekian cintamu
Ada kesal
Tentang sekian ceritaku
Ada sesal
Tentang malam itu
Ingin kau kutinju

Uepai, 14 subuh Februari 2006


Kau Panggung Nasib


Hanya mata menatap kaku
Dan diharap wajah membeku
Lalu jauh pandang memaku
Bila dagang tak laku-laku
Demi nasib dia begadang
Dan dibara hidup dipanggang
Lepuh di kulit kian meradang
Karena menunggu jagung matang
Adakah cinta untuk yang papa
Adakah sayang untuk nestapa
Bila hidup semakin hampa
Karna untung tak berapa

Sekret TS- 20, 21, 23 September 2004


Menjelang Subuh

Jam dinding mendengkur
Dan kita ditegur
Tidur!

Sekret TS, dini hari 2 September 2004

Tidak ada komentar: