Selamat datang di Kawasan Penyair Sulawesi Tenggara Terima kasih atas kunjungan Anda

Senin, 28 Januari 2008

Fransiskus S. Patadungan,


Fransiskus S. Patadungan,
Lahir tanggal 10 November 1986 di Toraja Sulsel.sekarang menjabat ketua Arus Teater Kendari Bergabung sejak awal berdirinya Arus Teater-Kendaritahun 2006 dan langsung diangkat menjadi Ketua Arus Teater-Kendari. Juara I dan III Lomba Penulisan Puisi
Peringatan Hari Chairil Anwar. Juara II Lomba Baca Puisi pada PESTA Unhalu tahun 2007. Menyutradari pertunjukan puisi pada akhir tahun 2007. Karya : Antologi Puisi Ini Untuk Esok. E-mail : frans_seno@yahoo.com


PASIR

Belum jelas kata "kita"
dalam kebersamaan kita.

inilah seruan dalam diamku

saat kusaksikan dalam genggamanku
kembang putih adalah keping-keping jamur
tersusun bagai kelopak -kelopak bunga
yang menipu

Di saat berharap terang
kau tenang
wujudmu cahaya
panas yang menguras darah dalam urut
menjadi keringat membasuh tubuhku menjadi dekil
di setiap mata.

Setiap mata bersakasi
"kau adalah benalu dalam harapan"
tapi kuberteriak
"tidak"
hanya karena itu terlalu kasar buatmu

Dulu bulan sebit awan tercabik-cabik
malam menghantar sepi
menyelip dalam hening

kau datang menunjuk senyum di atas awan
kau tampakkan rumah di atas karang
tapi apa? Apa?
Awan slalu berubah tak kembali
dan kini, tampaklah rumah
yang kau tunjuk berdiri di atas pasir

22 desember 2007

KATA TERBINGKAI

Belum usai
kita terbaring setiap malam memandangi langit
menyelam merayapi hati, sambil
menyerap hening dingin
telah berkali-kali kita menyulam
kata-kata menjadi bunga
bertangkai ujung tombak

kita saling memberi
perih terbingkai rapi

Walau kata-kata telah berlalu
namun di batin kata membatu
Dan kita seperti anjing menjilati luka sendiri

28-30 April 2007

DENDAM

Sebab janji pernah mengikat kita
lalu kini
keputusanmu telah memukul

Maka untuk kau tahu
wajah-wajah yang nampak malam
kami rias dengan terang
dari senyum

di sungai air mata
daging pipi
kami lapis daun talas

Dan agar kau tahu
di telapak tangan air mata tergenggam
terkepal tersimpan dalam nafas.

12 April 2007


PEREMPUAN

sederhana saja untukmu.

jangan tunggu aku
akan memanggilmu bidadari.
itu tak akan pernah !
sebab kau kuharap menjadi perempuan
yang datang dengan secangkir air untuk lelahku.
Bukan dengan selendang
yang tak lepas membentang di pundak
hingga ke ujung jari
menjadi beban untuk ditanggalkan.

ketahuilah
aku mencintai kamu
karena dan dengan harapan.

31 mei 2007


KEBEBASAN

Di dinding sebuah gedung
seorang laki-laki berdiri
dengan selangkangan terbuka
Di tengah selangkangannya
air kencingnya memancar.

Januari 2008

DESEMBER APRIL


Desember ini kau masih mengirim salam sepi dari lagit
bagai hujan mengucap musim
bintik-bintik dan gerimis menjadi
liur-liur seiring air mata kerinduan

Di sini tak ada yang menemaniku menyalakan lilin-lilin
menjaga terang tenang
menahan redup oleh tarian angin hingga habis perbatang
aku risih akan keredupan perlahan.
Maka kuganti saja lilin-lilin ini dengan satu lentera
agar terang dan asap hitam sama-sama ada
Janganlah marah tetaplah kalahkan aku dengan kabarmu

Aku telah lelah tapi sabarku tak habis
Aku tahu menuju April nanti kau akan berkabar lagi
tentang beban salip di punduk hatimu
tapi dari Desember ini aku telah bersiap
memikul palungan hingga April
untukmu nanti

Januari 2008

DAPUR ISTRIKU

mengapa dapur kita tak ada jelaganya?
yang ada hanya jaring putih labah-labah

mengapa piring-piring kita hanya menjadi hiasan
berdebu di ruang tamu?

Esok kita makan di warung mana lagi?

Januari 2008

Tidak ada komentar: